Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Adapun mengenai buah yang perlu anda
petik dari psikologi pendidikan itu, akan penyusun paparkan lebih
lanjut. Namun, tentu anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda
petik dari psikologi pendidikan sepanjang anda membutuhkannya. Adapun
mengenai buah yang perlu anda petik dari psikologi pendidikan itu, akan
penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu anda dapat memperbanyak
buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi pendidikan sepanjang anda
membutuhkannya.
Pertama, Proses Perkembangan Siswa
Di kalangan para guru dan orang tua
siswa terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara seorang
siswa dengan siswa lainnya membuat perbedaan substansial (bersifat inti)
dalam hal merespons pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya
melalui pemahaman tahapan-tahapan perkembangan siswa dan ciri-ciri khas
yang mengiringi tahapan perkembangan tersebut.
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih
perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan
proses belajar mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan
perkembangan ranah cipta para siswa. Ranah cipta (akal) dengan segala
variasi dan keunikannya merupakan modal dasar para siswa dalam menjalani
proses belajar-mengajar dan pembelajaran materi tertentu, serta dalam
mengikuti proses belajar-mengajar yang dikelola guru kelas.
Kedua, Cara Belajar Siswa
Di mana pun proses pendidikan
berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa
agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu, adalah hal esensial
(pokok, dasar) bagi guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan
belajar yang terjadi pada diri para siswanya.
Pengetahuan anda yang pokok mengenai proses belajar tersebut meliputi:
- signifikansi (arti penting) belajar;
- teori-teori belajar;
- hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan; dan
- fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar.
Di samping ini semua, yang penting pula
anda pahami ialah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan
alternatif-alternatif (pilihan-pilihan) yang dapat diambil untuk
menolong siswa anda dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajarnya.
Ketiga, Cara menghubungkan Mengajar dengan Belajar
Tugas utama guru sebagai pendidik sebagaimana ditetapkan oleh Unda Undang Sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar. Secara
singkat , mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran,
melatih keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung
dalam materi pelajaran tersebut kepada siswa. Agar kegiatan mengajar
diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan
minat belajar mereka. Kebangkitan gairah dan minat belajar para siswa
akan mempermudah guru dalam menghubungkan kegiatan mengajar dengan
kegiatan belajar.
Oleh karena itu, sebagai calon guru atau
guru yang sedang bertugas anda sangat diharapkan mengerti benar
seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual (seperti remedial
teaching/mengajar perbaikan bagi siswa bermasalah) maupun dalam arti
klasikal. Dalam hal ini, anda tentu dituntut pula untuk memahami
model-model mengajar, metode-metode mengajar dan strategi-strategi
mengajar. Kemudian, metode-metode dan strategi yang anda terapkan secara
cermat dalam proses belajar-mengajar yang and kelola. Untuk memenuhi
kebutuhan anda akan hal-hal tersebut, sengaja penyusun sajikan
pembahasan-pembahasan essencial mengenai mengajar guru, dan hubungan
guru dengan proses mengajar seperti dapat anda lihat pada Bab 7 dan Bab 8
yang merupakan bab-bab terakhir dalam buku ini.
Keempat, Pengambilan Keputusan untuk Pengelolaan PBM
Dalam mengelola sebuah proses
belajar-mengajar (PBM), seorang guru dituntut untuk menjadi figur
sentral (tokoh inti) yang kuat dan berwibawa namun tetap bersahabat.
Sebelum mengelola sebuah proses belajar mengajar, anda perlu
merencanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan
yang hendak dicapai (lihat halaman 243). Sesuai perencanaan materi dan
tujuan penyajiannya, anda perlu menetapkan kiat yang tepat untuk
menyampaikan materi tersebut kepada para siswa dalam situasi
belajar-mengajar yang efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan
dengan kegiatan di atas anda dituntut untuk menempatkan diri sebagai
pengambil atau pembuat keputusan (decision maker) yang penuh
perhitungan untung-rugi ditinjau dari sudut kajian psikologis. Jika
tidak, pengelolaan tahap-tahap interaksi belajar-mengajar akan
tersendat-sendat dan boleh jadi akan gagal mencapai tujuannya.
Agar sebuah pengelolaan proses belajar-mengajar mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai seorang profesional yang efektif. Lalu, pandangan positif ini diejawantahkan dalam vang sesuai dengan kebutuhan para siswa dan penegasan tujuan-tujuan penyajian materi tersebut secara eksplisit, yakni tersurat dan gamblang. Keputusan lain yang harus diambil selanjutnya adalah penetapan model, metode, dan strategi mengajar yang menurut tinjauan psikologis sesuai dengan jenis dan sifat materi, tugas yang akan diberikan kepada para siswa dan situasi belajar-mengajar yang diharapkan.
Namun dalam hal pengambilan
keputusan-keputusan di atas perlu penyusun utarakan hambatan-hambatan
yang umum dialami para guru. Faktor-faktor penghambat-atau paling tidak
pembatas gerak-pembuatan keputusan-keputusan instruksional yang sering
merintangi para guru pada umumnya meliputi:
- kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi para siswa;
- kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah tak dapat diberlakukan lagi;
- kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan; dan
- ketidakcermatan observasi terhadap situasi belajar-mengajar.
Selain hal-hal di atas, hambatan mungkin
pula muncul dari perbedaan harapan guru dan siswa. Beberapa orang siswa
dalam sebuah kelas misalnya, mungkin memiliki cita-cita memenuhi
kebutuhan masa depannya yang sama sekali berbeda dengan rekan-rekannya
atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah yang mereka ikuti.
Perbedaan seperti ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan gaya
belajar, sikap, dan perilaku mereka selama membaur dalam proses
belajar-mengajar. Selanjutnya, tekanan dari luar dapat pula mempengaruhi
kemulusan pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar ini bisa datang
dari orangtua siswa, aturan administratif sekolah, fasilitas yang
tersedia, dan sebagainya.
sumber: http://www.dewinuryanti.com/2012/12/manfaat-psikologi-pendidikan-bagi-guru-dalam-proses-belajar-mengajar.html
Komentar