Selasa, Juli 2

REFLEKSI KRITIS PEMIKIRAN KHD (MODUL 1.1.e)

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan dan pengajaran memiliki arti yang berbeda. Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan (opvoeding) adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan pengajaran (onderwijs) ialah proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak seacara lahir dan batin. Jadi sederahanya, pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti seluas-luasnya.

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, menurut pemahaman saya bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terncana yang dilakukan oleh guru dalam rangka menuntun, menggerakan, mengarahkan, mendorong dan mengawasi anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Sedangkan pengajaran adalah ikhtiar membekali anak dengan keterampilan dan kecakapan hidup sehingga anak memiliki nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran ini menekankan pentingnya pendidikan karakter dan akhlak mulia.

Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus masih sangat relevan sesuai dengan kurikulum saat ini yaitu kurikulum merdeka (merdeka belajar). Siswa merancang, melankasanan, dan mengevaluasi sendiri pembelajaran yang dilakukan, guru hanya mengarahkan, mengawas, dan pempertajam pemahaman anak. Disamping itu, penagajaran menekankan pentingnya pendidikan yang mencakup nilai-nilai budi pekerti, keimanan, dan ketakwaan, yang juga merupakan fokus dalam pendidikan di sekolah saya SMA Negeri 1 Kaubun. Di SMA Negeri 1 Kaubun nilai-nilai budi pekerti diajarkan secara langsung oleh guru pendidkan agama, guru BK, dan guru PKn. Kegiatan keagamaan seperti Sholat Djhur rutin, perayaan hari besar agama, dll. rutin dilakukan, hal ini mencerminkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang ditekankan oleh KHD. Selain aspek nilai, relevansi pemikiran KHD juga tercermin dalam metode pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kaubun. Selain itu, relevansi juga masih sangat terlihat dengan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas salah satunya adalah pembelajaran kontekstual yang berpusat pada siswa.

Secara pribadi saya belum sepenuhnya melaksanakan pendidkan dan pengajaran sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara karena beberapa hal diantaranya sebagai berikut:  

  1. Saya pribadi belum mempelajari dan belum memahami betul konsep pendidikan dan pengajaran yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sederhanya ilmu saya belum ada sehingga saya mengajar apa adanya sesuai dengan yang saya pahami.

  2. Saya mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat itu, sedangkan konsep dan muatan kurikulum tersebut terkadang mengabaikan hak anak untuk merdeka belajar karena yang dikejar adalah hasil (nilai) bukan proses. Sehingga disini guru yang aktif bukan siswa.

Terkait dengan kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru, menurut saya semakin kesini guru semakin merdeka salah satunya adalah dengan adanya penerapan kurikulum 2013 lalu dan disempurnakan lagi oleh kurikulum merdeka yang saat ini sedang diterapkan.  Saat ini guru dan siswa sudah sangat meredaka merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi sendiri  pembelajan yang dilakukan, mereka bersinergi dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

KESIMPULAN DAN REFLEKSI TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN (modul 1.1.j)

1.  Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1 adalah sebagai berikut:

Pertama, Saya menganggap murid sebagai objek pembelajaran bukan subjek, sehingga pembelajaran yang saya lakukan monoton, hanya berpusat pada guru (teacher center) bukan pada murid (student center).  Dalam proses pembelajaran yang sangat aktif (berkuasa) adalah saya sebagai guru, murid hanya melihat, mendengar, dan mengerjakan (pasif) . Murid harus mengikuti apa yang saya perintahkan, jika tidak maka saya akan menghukum mereka. Kondisi ini kadang membuat murid takut, trauma, terkadang ada juga yang melawan.  

Kedua, Fokus utama pembelajaran yang saya lakukan adalah bagaimana ketercapaian materi pembelajaran karena materi yang saya ajarkan cukup banyak setiap semesternya. Saya juga menganggap ketuntasan dalam penyampaian materi lebih penting ketimbang memahami kemampuan dan karakteristik murid. Apakah murid sudah mengerti atau tidak materi yang saya ajarkan, saya tidak perhatikan karena orientasi utama saya adalah menyelesaikan materi tersebut. Kemudian untuk memahami materi pelajaran, saya suruh murid menghafal sampai bisa tanpa mempertimbangkan apakah mereka memahami atau tidak dengan hafalannya. Dampaknya adalah saya terkadang kebingungan ketika hasil evaluasi ulangan harian atau semester nilai murid banyak yang tidak tuntas sehingga membuat saya marah terhadap mereka.

Ketiga, Saya menganggap bakat dan minat murid belum ada atau masih kosong (kertas kosong) untuk itu perlu diasah (dicoret), saya percaya bahwa setiap murid memiliki bakat dan minat yang sama dan kemampuan yang sama pula sehingga perlu diperlakukan sama, saya tidak pernah mengidentifikasi minat dan bakat murid sebelum memulai pelajaran, karena saya beranggapan bakat dan minat cenderung diasah dan diarahkan dalam kegiatan diluar kelas ekstrakurikuler dan ko-kurikuler.

Keempat,Saya hanya menilai murid dari nilai pengetahuan dan keterampilannya saja sedangkan yang menilai sikapnya adalah guru BK, guru agama dan Guru PKn. Misalnya saat mereka mengerjakan tugas atau ulangan harian. Jika nilai murid sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka saya menganggap bahwa pembelajaran sudah berhasil. Terlepas apakah nilai dia murni mengerjakan sendiri atas pemahaman yang dimiliki atau menyontek. Kemudian jika nilai mereka rendah dibawah KKM maka cara yang saya lakukan adalah remedial. Saya menganggap remedial adalah cara yang ampuh untuk memperbaiki nilai siswa, jika setelah remedial nilainya masih rendah juga maka saya akan memberikan tugas tambahan yang tidak ada hubungannya dengan mata pelajaran misalnya membawa sapu, pupuk kandang, dll. Apabila tugas yang berikan tidak dikumpulkan tepat waktu, maka saya akan memberikan hukuman dengan tugas tambahan yang lain.

2.  Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita, saya merasa sangat bersalah terhadap murid saya. Ternyata apa yang saya lakukan selama ini tidak tepat dan tidak benar, saya sudah keliru dalam mendidik dan mengajar mereka, saya telah memaksakan kehendak dengan mendominasi pembelajaran, membatasi hak-hak mereka dalam proses pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran yang kurang adil. Seharusnya saya memahami pendidikan dan pembelajaran itu sebagai berikut:

Pertama, Melakukan perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran secara menyeluruh bukan hanya satu aspek pengetahuan saja, melainkan juga aspek sikap dan keterampilan. Ketiga aspek ini harusnya saya kembangkan secara seimbang kepada kepada murid-murid saya. Dalam pemikiran KHD kita sebut dengan pendidikan budi pekerti, Budi pekerti yang juga disebut dengan watak diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia yang merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran perasaan, kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan suatu tenaga. Budi pekerti juga diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), dan rasa (afektif) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik). Pada titik inilah pendidikan yang seharusnya saya lakukan mendidik murid yang tidak hanya pintar tetapi juga baik.

Kedua, Saya harus menganggap murid bukan sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subjek pembelajaran. Artinya murid diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk berekspresi dan berkreasi mengemukakan ide, pendapat dan gagasan sesuai dengan model, metode dan media pembelajaran yang tepat. Posisi saya sebagai guru seharusnya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Guru menuntun, mengarahkan, dan memfasilitasi murid sesuai dengan kodrat yang dimiliknya untuk meraih potensi terbaiknya.

Ketiga,Saya harus menyadarinya bahwa setiap anak lahir dengan kodrat yang berbeda-beda (kodrat alam dan kodrat zaman), mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, guru harus menghargai setiap karakter tersebut dengan memberikan kesempatan untuk mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Guru harus memberikan perlakukan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan murid tersebut. Guru harus paham bahwa zaman terus berubah maka kebutuhan dan gaya belajarpun berubah sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.

Keempat,Saya harus memastikan bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi murud, banyak sumber belajar lain yang bisa dimanfaatkan oleh murid sesuai dengan bakat dan minatnya. Misalnya lingkungan sekitar, media social, internet, dll. Guru harus memberikan kebebasan kepada murid untuk mengakses sumber-sumber itu, namun kebesan yang diberikan tidak mutlak tetap masih dibawah pengawan dan control guru sehingga mereka arif dan bijak dalam memanfaatkan tekhnologi untuk memperoleh informasi.

 

Dengan memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya mulai sadar bahwa apa yang harus saya lakukan sebagai guru merencanakan pembelajaran sesuai kebutuhan murid dan membantu murid menjadi manusia yang merdeka. Murid sebagai individu yang unik, berbeda satu dengan yang lain berhak mendapat tuntunan yang tepat sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

3.    Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Yang dapat segera saya lakukan dalam proses pembelajaran dikelas adalah merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Model pembelajaran ini memposisikan siswa sebagai subjek (pelaku) pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar. Sementara saya sebagai guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan berbagai sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan oleh siswa. Saya berperan sebagai penunjang, yakni perantara pembelajaran yang membantu mengarahkan siswa. Bila perlu, saya dapat ikut membantu siswa dalam mengembangkan materi yang ada. Siswa merupakan subjek utama pembelajaran yang memiliki wewenang penuh untuk menentukan topik dan tema yang akan dipelajari terkait dengan materi pelajaran, termasuk cara penyampaiannya. Siswa merupakan sosok aktif pada proses pembelajaran yang senantiasa memberikan gagasan, baik saran maupun kritik. Siswa diharapkan mampu merumuskan harapan terhadap proses pembelajaran dan mengukur kinerja sendiri. Siswa saling berkolaborasi satu sama lain.

Selaras dengan model pembelajaran di atas, Saya juga menerapkan pembelajaran abad 21 yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi dengan berpegang teguh pada konsep memerdekakan anak. Logika pembelajaran tidak lagi menuntut (memaksakan kehendak) tetapi menuntun (membimbing). Sebab tugas guru adalah memberi tuntunan atau arahan yang baik kepada murid disamping menyampaikan materi pelajaran. Kemudian saya sebagai guru berusaha menjadi teladan yang baik bagi murid melalui perkataan maupun perbuatan. Dengan menjadi guru yang telada, murid akan meniru sehingga dapat menjadi murid yang baik pula. Untuk itu, saya harus menerapkan trilogy pendidikan yang digagas oleh KHD yakni Memberikan contoh yang baik jika berada di depan “ing ngarso sung tuladha’ Kemudian Memberikan semangat kepada murid jika berada di tengah-tengah “ing madya mangun karsa” lalu Memberikan motivasi dan dorongan jika berda di belakang “tut wuri handayani”.

Selanjutnya, saya berupaya sekuat tenaga untuk menjadi penuntun bagi mereka dalam mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zamannya sehingga mereka mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Untuk mewujudkan itu, tentu saya harus mengenali karakter dan latar belakang murid dengan menjalin komunikasi yang baik, dari hati kehati dengan penuh hati-hati. Mengingat ini merupakan tugas berat maka saya harus sabar dan ikhlas dalam mendampingi murid, kemudian memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka. Jika ada murid yang berbuat kesalahan maka saya tidak memberikan hukuman yang keras atau tidak memarahinya didepan kelas tapi berusaha menasehatinya di ruang tertutup sehingga menimbulkan rasa nyaman bagi murit bukan rasa takut dan trauma. Mengingat guru yang baik adalah guru yang dihormati, disegani, dan disenangi, bukan guru yang ditakuti.

SEREMONIAL WORKSHOP; MENYIMAK SAMBUTAN PLT KEPALA DINAS PENDIDIKAN KALTIM

HORISON - Senin, 20 Oktober 2025 pukul 14.00 wita dilaksanakan pembukaan “Workshop Perhitungan dan Pemetaan Data Kebutuhan Guru Pendidikan M...