Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 11, 2012

KEPADAMU JUA

Kepasrahanku hanya padaMU Penghambaanku hanya untukMU Aku berharap,rasa Cinta ini untukMU Rindu ini juga ku tujukan padaMU Jangan KAU tunjukan kenikmatan yang hanya menggoda Jangan KAU beri Ruang terhadap Cinta yang hanya Menipu Jangan KAU beri Kesempatan pada Rindu yang hanya menyiksa jangan KAU biarkan aku terpedaya dengan nikmatMU jangan KAU biarkan aku berlumuran noda Qolbuku tak mampu menerka DuniaMU aku hanya mengabdi untukMU Aku menghiba Lautan KasihMU Bentangkan Samudra CintaMU padaku ENGKAUlah Muara Keluh-Kesah KAULAH laut Bahagiaku tunjukan aku jalanMU yang lurus jalan menuju surgaMU

EKSPRESI MENULIS ADALAH STIGMA YANG TAK TERBANTAHKAN

Mengawali tulisan ini, ijinkanlah saya untuk curhat sedikit. Masih segar di ingatan, ketika cerpen saya yang berjudul Disiplin Makin Hilang mendapat tuding miris dari berbagai kalangan. Khususnya, dalam hal ini, oknum-oknum yang merasa dirugikan. Acaman, tudingan, cemoohan, dan makian datang bertubi-tubi menimpa diri dan keluarga saya. Lantaran ada kesamaan nama dan profesi serta kesesuaian isi cerita dengan potret realitas yang ada dalam kehidupan nyata. Tepatnya, isi cerpen tersebut mencerminkan tingkah laku kalangan yang memprotes. Secara, cerpen tersebut mengisahkan disiplin di sebuah sekolah yang tidak ditegakkan lagi oleh oknum guru-guru dan hubungan yang tidak harmonis diantara guru sehingga menyebabkan polarisasi besar-besaran. Anehnya kala itu, saya dituduh mencemarkan nama baik dan menghancurkan rumah tangga mereka. Sehingga, saya diancam untuk dipolisikan alias dibawah ke “meja hijauh”. Disamping itu, dramatisasi cukup arogan, luapan emosi cukup tinggi, dan deraian air m