DPR KHIANATI RAKYAT
Sebagai pengantar
tulisan ini, penulis mengutip perkataan salah satu anggota DPR pada saat acara
"diskusi sarasehan anak negeri" di metro tv pada hari yang lalu. lebih kurang beliau
menegaskan "wallahualam, bahwa DPR merupakan mitra pemerintah, yang
datang, duduk, terima gaji kemudian digiring oleh partainya untuk menyetejui kebijakan tertentu". perkataan
ini muncul ketika ditanya apakah DPR mampu memperjuangkan kepetingan rakyat?
Berdasarkan
pernyataan di atas, penulis berkesimpulan bahwa dewan perwakilan rakyat (DPR)
sebagai wakil rakyat telah mengalami kecelakaan intelektual dan kecelakaan
politik. kecelakaan intual yang dimaksud adalah DPR tidak lagi mengedepankan
tugas dan tanggungjabnya sesuai dengan amanat konstitusi sebagaina mereka
pamahami dan ketahui adanya. sedangkan kecelakaan politiknya adalah DPR
mengingkari sumpah dan janjinya kepada rakyat pada saat mereka berkampanye, pada saat mereka berkampanye janji-janji manis dikumandankan.
masalahnya kemudian jika sikap DPR seperti itu adanya, kepada siapa lagi rakyat
menggantungkan harapan?
"Aneh tapi
nyata" ituh ungkapan yang ditujukan kepada lembaga yang terhormat itu, orang-orang yang sejatinya sebagai wakil rakyat itu.
kenapa tidak, janji-janji manis yang mereka pernah lontarkan telah diingkari
hari ini, buktinya tidak sedikit anggota DRP yang setuju dengan kenaikan harga
BBM, pada hal rata-rata rakyat menolak kenaikan tersebut. ini menunjukan bahwa
DPR tidak lagi memperhatiakan nasib rakyatnya, DPR hari ini hanya mementingkan
individu, kompok, dan golongan. disamping itu yang paling mereka pentingkan
adalah kepentingkan partainya.
Rupanya kita sebagai
rakyat tidak punya lagi tempat untuk menaru harapan, semua pemimpin dan penguasa
serta DPR tidak lagi pro rakyat. yang lebeh menyedihkan lagi adalah DPR sebagai wakil
rakyat telah menghianati rakyatnya. lantas, "demokrasi" yang menjadi
sistem kenegaraan kita dimana kiblatnya?
Jika kita kembali
kepada hakikat demokrasi sesungguhnya adalah "dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat" maka, mau tidak mau dan suka tidak suka segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah
harus pro rakyat. artinya jika kebijakan pemerintah terkait dengan kenaikan
harga BBM bersubsidi hari ini tidak mendapatkan persetujuan rakyat alias "rakyat menolak"
kenapa harus diketok atau diberlakukan. Untuk itu, pemerintah dan DPR
harus memutar otak dan dengan cerdas mencari solusi lain.
Rupanya eksistensi DPR yang kita junjung selama ini telah bergeser dari makna yang
sesungguhnya. tentu penulis sebagai generasi pelurus bangsa sekaligus rakyat
merasa sedih dengan keadaan bangsa dan negara kita hari ini, karena penulis
cinta terhadap bangsa ini, sayang terhadap negeri ini, dan bangga terhadap demokrasi yang kita emban.
Mudah-mudahan pembaca juga merasakan apa yang
penulis rasa, dan mari kita sama-sama berdoa mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa
menunjukan jalan yang benar kepada pemimpin-pemimpin kita khususnya DPR sebagai wakil rakyat, sehingga apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya dilaksanakan dengan baik.
SEMOGA...
Komentar