Sabtu, Maret 25

DEMONTRASI YANG BERMAKNA

AKSI massa atau gelombang demonstrasi akhir-akhir ini semakin meninggi dan tak terbendung, sampai-sampai pihak keamanan dalam hal ini kepolisian kewalahan mengatur dan mengontrolnya. satu hal yang menarik menjadi perhatian kita adalah gelombang demonstrasi tersebut pasti berakhir dengan bentrok antara pendemo dengan pihak kepolisian. hal ini penulis menilai sudah menjadi kultur atau budaya demonstrasi di bangsa ini.
demontrasi tersebut tentunya dipelopori oleh mahasiswa sebagai agen perubahan, dan tidak ketinggalan juga, kaum buru, permpuan, petani dan nelayan sebagai anggota demontrasi. 

Harus diakui bahwa demontrasi sudah merupakan hak bagi setiap warga negara baik perorangan maupun dalam bentuk kelompok untuk menyampaikan aspirasi dan keinginannya, hal ini pula, sudah diatur dalam konsitutis sebagai wujud dari negara demokrasi. tetapi dilakukan dengan cara yang baik dan sopan serta tidak melakukan tindakan anarkis (merusak). 

Kembali ke gelombang demontrasi di atas. terjadinya aksi massa akhir-akhir ini adalah sebagai wujud penolakan atas rencana kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM dari Rp. 4500 menjadi Rp 6000 per liter. jadi, ada kenaikan harga Rp. 1500 dari harga sebelumnya yakni Rp. 4500. massa aksi menuntut pemerintah mengurung niatnya tersebut alias harga BBM tidak perlu dinaikan, dengan alasan kebijakan tersebut menyengsarakan rakyat yang hari ini, rakyat  sedang sedang dalam keadaan sengsara. disamping itu pula, pemerintah masih memiliki cara lain untuk menjaga fisikal dan RAPBN agar tidak jebol. tentunya cara lain tersebut tidak menzalimi dan meresahkan rakyat.

Nah, masalahnya kemudian adalah apakah tuntutan penolakan tersebut dipenuhi atau tidak oleh pemerintah? hemat penulis untuk mengetahui jabawan dari pertayaan itu, ada dua hal yang harus dilakukan oleh massa aksi demonstrasi. yang pertma perlu adanya kesatuan massa aksi, dalam hal ini koalisi demonstrasi, atau kolaisi massa yang mengarah pada satu komando dan satu tujuan. kenapa langkah ini perlu dilkukan. karena penulis melihat gelombang demonstarasi  yang digelar akhir-akhir ini, biasaya berkotak-kotak, berkelompok-kelompok dan tidak bersifat permanen atau kontinu, hanya bersifat parsial dan temporer. harus diinngat bahwa kekuatan demostrasi harus diukur dari jumlah massanya. untuk itu, formasi demostrasi yang digelas harus merupakan gabungan dari berbagi elemen yang ada misalnya; mahasiswa, kaum buru, petani, nelayan, dll. yang kedua sasaran tembak atau lembaga yang dituju untuk menyampaikan tuntutan. dalam hal ini  harus tepat sasaran misalnya; mengarahkan semua massa demonstarasi menuju gedung DPR atau gedung prsiden. paling tidak menduduki kantor tersebut, kenapa tidak. wong, DPR kok wakil kita, seharusnya mereka memperjuangkan nasib rakyatnya. kenapa hal ini dilakukan karena penulis melihat gelombang demontrasi yang digelar hari ini cenderung berkoar-koar dijalan dan hal ini kontras dengan subjek yang dituntut. sehing yang memperhatikan hanyalah media massa tertentu. 

Jika kedua substansi di atas dilakukan, serta dijadikan sebagai panduan gerakan aksi massa, maka tidak menutup kemungkinan tuntutan yang kita suarakan akan dipenuhi oleh penguasa. sehingga kenaikan BBM yang mengacaukan sendi-sendi kehidupan rakyat tidak terjadi. rakyat rakyat, penguasa tenang, dan bangsa aman. 
semoga...

Sabtu, Maret 11

HIKMAH SUBUH BERSAMA USTAZ NURHADI



BUMI RAPAK__ Minggu (12/02/17) tepatnya jam 04:48 dini hari, telah dilaksanakan kegiatan majelistaklim atau ceramah agama di Masjid Nurul Iman Desa Bumi Rapak Kecamatan Kaubun yang dipelopori oleh Mahasiswa/i STIE Nusantara Sangata Kutai Timur. Kegiatan tersebut dalam agenda atau program Kuliah Kerja Nyata (KKN) posko II.
Ada pun penceramah pada kegiatan ini adalah bapak al-ustaz Nurhadi, belia selaku orang nomor satu di Kaubun dalam bidang keagamaan yaitu kepala Majelis Ulam Indonesia (MUI). Sedangkan peserta majelis adalah berasal dari berbagai  tokoh seperti; tokoh keagamaan yaitu kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kaubun beserta staf, tokoh pendidikan yaitu dewan guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Kaubun, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tidak ketinggalan juga takmir masjid dan remaja masjid Nurul Iman selaku mitra penyelenggara.
Kegiatan dimulai dengan shalat subuh secarah berjamah yang diimami oleh bapak Nurhadi. Setelah usai shalat dan doa bersama dilanjutkan dengan tausiah atau ceramah agama yang disampaikan oleh ustaz Nurhadi. Dalam ceramahnya beliau mengajak seluruh kaum muslimin dan muslimat untuk melaksanakan ibadah shalat di masjid khususnya shalat subuh“Sebaik-baiknya tempat shalat adalah masjid dan sebaik-baiknya sahalat adalah shalat berjamaah” terang beliau.
Disamping itu, al-ustaz menyerukan empat hal yang harus diamalkan setiap hari dalam menyambut pagi yakni berzikir, senyum, berbagi, dan sedekah. “Ayo kita amalkan empat hal ini dalam menjemput pagi  yang pertama, berzikir kepada Allah. yang kedua, menebarkan senyuman khusunya kepada suami/istri dan anak kita karena seringan-ringannya ibadah adalah senyum. yang ketiga, berbagi antarsesama apa yang kita miliki. Dan yang ke empat, adalah sedekah memberi makan anak yatim piatu atau keluarga yang tidak mampu” tegas Bapak Nurhadi.
Orang nomor satu dalam bidang keagamaan tersebut menggambarkan pula realitas kehidupan masyarakat indonesia saat ini. Tidak sedikit rakyat kita hidup dibawah garis kemiskinan. Masyarakat hidup makmur dan sejahtera masih jauh dari kenyataan, kemakmuran dan kesejahteraan hanya sebagai isap jempol belaka. Belum lagi pertiwa alam dan peristiwa sosial semakin mendera. Gempa bumi, tanah longsor, banjir, dll. kemudian Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penganiyaan dan sejenisnya semakin menjadi-jadi. Hal ini semua terjadi karena kita khususnya dan masyarakat indonesia pada umumnya semakin jauh dari Allah Rabbul Jadid sehingga Yang Maha Kuasa menjatuhkan azab dan laknaatnya. Jelas pak ustaz.
Menutup ceramahnya Bapak Nurhadi mengajak semua elemen masyarakat khusunya umat islam untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan salah satu cara adalah melaksanakan shalat subuh atau shalat-shalat lainnya secara berjamaah dimasjid. Beliau juga mengacukan jempol kepada Masiswa/i STIE Nusantara Sangata yang telah berjuang sehingga tausiah ini terlaksana dengan baik, dan semoga kegiatan keagamaan seperti ini dilakukan secara kontinu dan berkelanjutan tidak bersifat instan atau sessat. Setiap majid dari setiap desa dapat melaksanakan hal yang sama melalui pengurus masji, remaja masjid atau melaui PHBI.
Kegiatan diakhiri dengan doa yang dipimpin langsung oleh bapak Haji Asmuran, kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi bersama.





Selasa, Maret 7

TERDESAK AKREDITASI SMAN 1 KAUBUN BERBENAH

           Menuju “puncak” tentunya banyak duri lalangnya, banyak hambatan dan rintangan serta banyak keluh kesahnya. Maka dari itu, dibutuhkan kesabaran dan ketabahan serta kerja ekstra atau kerja keras bagi setiap individu yang menginginkannya. Begitu juga sebaliknya, untuk mendapatkan pengakuan (akreditasi) tentu dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan baik korban waktu, pikiran, dan tenaga maupun korban harta karena mencapainya tidah semudah membalikkan telapak tangan. Sehingga tidak heran, Selama empat hari belakangan, mulai hari Jum’at tanggal 2 s/d hari Selasa tanggal 6 Maret 2017 warga SMA Negeri 1 Kaubun “membanting tulang” untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi team akreditasi yang melakukan visitasi atau penilaian, sedianya direncanakan hari Selasa tanggal 7 Maret 2017.  
 
Kerja keras team ditampilkan dalam aksi nyata. Kepala sekolah, dewan guru, staf TU, dan karyan dibagi menjadi delapan team sesuai delapan standar penilaian akreditasi yaitu standar isi, proses, penilaian, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, kelulusan, pengelolaan, dan pembiayaan. Setiap individu yang tergabung dalam team menyiapkan bahan-bahan yang akan dinilai. Masing-masing individu dalam team berbondong-bondong dan bahu membahu mengerjakan tugasnya dengan baik tanpa dikomandoi dan tanpa pamrih. Semata-mata jiwa dan raganya ditumpahkan untuk SMANKA berakreditasi A. Kerjasama, koordinasi, dan konsolidasi selalu dibangun sehingga antara team work saling melengkapi bahan-bahan yang dibutuhkan. Adapun bahan tersebut antara lain; perangkat pembelajaran misalnya RPP, silabus, KKM, program pengembangan diri misalnya ekskul pramuka, PMR, OSIS, SK pembagian tugas, hasil karya siswa, KIR, foto-foto kegiatan, dan masih banyak lagi yang lainnya sesuai dengan delapan standar penilaian akreditasi tersebut. 

Ternyata, tidak hanya hal-hal tersebut di atas disipakan, lingkungan sekolah dan sarana dan prasarana juga menjadi prioritas pembenahan. Pembenahan ini dilakukan setiap pagi setelah apel dan doa’a bersama. Satu atau dua orang guru membawahi beberapa siswa/siswi untuk melakukan kerja bakti, membersihkan lingkungan sekolah, membuat taman bunga, membersihkan wc, mengecat tembok, memotong rumput, menata ruang kelas, dll. Masing-masing guru dan siswa/siswi terpanggil jiwanya untuk berbuat yang terbaik demi merubah “wajah” sekolah menjadi lebih indah, bersih, dan sehat. Potret ini menjadi pemandangan yang manarik untuk disimak karena pemandangan yang langka dalam sejarah SMANKA. Sehingga tidak bisa dipungkiri, hasil dari anyaman dan polesan tangan-tangan kreatif, SMAN 1 Kaubun “tampil beda” seperti yang diharpkan. Perubahan-perubahan sangat signifikan. Jika sebelunya pucat dan kusut sekarang menjadi  segar dan licin, jika sebelunya kotor dan bauh sekarang sudah menjadi bersih dan harum dan jika dulunya kering dan gundul sekarang sudah sejuk dan rimbun. 

Langkah kerja yang kita bangun tersebut di atas, harus kita maknai sebagai awal yang baik yaitu wujud dari revolusi mental, perubaha pola pikir dan pola sikap dalam memandang sekolah. Sekolah adalah sejatinya rumah kita yang harus kita jaga dan kita rawat, atau lebih dari itu, sekolah adalah “surga” membaut kita aman, damai, dan tentram bagi kita. Oleh karenanya, Ayo kita tanamkan jiwa yang kuat, budi yang luhur, dan kemauan yang mantap. Memastikan bahwa kita merasa memiliki, sekolah adalah bagian dari keluarga kita. Berbuat sesuatu yang terbaik untuk sekolah adalah kewajiban bagi setiap personal. 

Mengahiri tulisan ini, besar harapan saya agar potret realitas di atas harus imparsial dan kontinu (menyeluruh dan berkelanjutan) tidak parsil dan instan. Sebab, jika perjuangan dan pengorbanan itu hanya sekedar mendapatkan “pengakuan” akreditasi A, setelah mendapatkannya kita berpangu tangan atau “adem-adem ayam lagi” maka kita dipastikan telah mengalami “kecelakaan” intelektual dan distorsi moral. Maka dari itu. Penting bagi kita untuk membudayakan pola kerja tersebut dihari-hari berikutnya menuju SMAN Kaubun yang religius, disiplin, dan cinta lingkungan sesuai karakter sekolah yang dibangun saat ini. Semoga !!!
(Penulis : Subroto, S.Pd.)


SEREMONIAL WORKSHOP; MENYIMAK SAMBUTAN PLT KEPALA DINAS PENDIDIKAN KALTIM

HORISON - Senin, 20 Oktober 2025 pukul 14.00 wita dilaksanakan pembukaan “Workshop Perhitungan dan Pemetaan Data Kebutuhan Guru Pendidikan M...