KEZALIMAN



Rencana pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akhir-akhir ini, menuai protes dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, kaum buru, petani, nelayan, serta tidak ketinggalan juga partai oposisi. Bentuk penolakan tersebut diwujudkan dengan bentuk gelombang demostrasi besar-besaran baik dari tingkat pusat maupun dari tingkat daerah. Satu suara satu komando menyuasarakan penolakan kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM bersubsidi. 

Rupanya rencana kebijakan tersebut menyebabkan kondisi bangsa dan Negara carut marut dan terkesan kacau balau, instabilitas terjadi dimana-mana. Hal ini dapat terlihat dengan adanya bentrokan antara massa demostrasi dengan polisi, adanya oknum tertentu yang memanfaatkan kesempatan itu untuk melampiaskan kemarahannya dengan melempar zat kimia kerah polisi, harga barang dan jasa melambung tinggi, harga minyak eceran meroket, ongkos taksi naik, kelaparan terjadi dimana-mana, dan kejahatan semakin menjadi-jadi. Jika kondisi tersebut terus melanda bangsa ini, kapan Negara ini aman, tertib, sehat, sejahtera, dan sentosa? Dan kemanakah kiblat pemerintah atas domokrasi yang dianut sebagai sistem kenegaraan.   

Sedikit penulis membuka kotar fikir kita khususnya pemerintah. Kita harus menyadari sepenuh hati bahwa oleh pendiri bangsa ini, oleh toko-tokoh perjuangan yang membela bangsa dan Negara, telah mewariskan UUD 1945 sebagai dasar Negara dan pancasila sebagai ideologi bangsa. Kedua konsep tersebut dijadikan sebagai landasan tata kelola pemerintahan. Jadi, semua urusan yang berkaitan dengan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan wajib dilandaskan di atasnya. tidak boleh tidak, kalau nggak berarti kita sudah sangat berdosa, karena itu adalah amanah. 

Selaras dengan hal tersebut di atas, sudah semestinya pemerintah atau penguasa kembali ke jalan yang benar, kembali ke pancasila dan UUD 1945 serta kehidupan demokrasi yang kita emban. Keberpihakan pemerintah terhadap rakyat adalah hukumnya wajib, segala kebijakan yang diambil harus didasarkan atas suara rakyat. “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rayat”. Jadi, ketika rakyat menolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Maka, mau tidak mau atau suka tidak suka pemerintah harus membatalkan rencana kebijakan kenaikan tersbut. Bukan MENUNDA. Toh, kalau ditunda itu hanya untuk menenangkan masyarakat, dan pada akhirnya naik juga. Atau bukan untuk mengulur-ngulur waktu agar bisa melakukan konspirasi dengan pihak tertentu sehingga masyarakat mengiakan kenaikan tersebut, dan bukan pula mengorganisasikan teknik bejat lainya sehingga kebijakan tersebut dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Tetapi yang jelas masyarakat tetap resah, kacau balau. Dan jika langkah ini tetap dilakukan oleh pemerintah tidak menutup kemungkinan akan terjadi kekacauan yang lebih besar lagi.  

PRESIDEN, presiden yang terhormat, seluruh masyarakt menginginkan rencana kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut DIBATALKAN bukan DITUNDA. Kalau ditunda berarti kebijakan tersebut tetap diberlakukan hanya waktunya saja yang berbeda, dalam hal ini cepat lambatnya. Dan kalu dibatlkan berarti kebijkan tersebut tidak diundangkan alias tidak diberlakukan kapanpun dan dimanapun, sehingga masyarakat lega dan tidak ribut-ribut lagi untuk berdemo. Masalahnya kemudian apakah pemerintah pro rakyat? Menghargai aspirasi rakyat? Memperhitungkan nasib dan kesejahteraan rakyat? Melihat agresivitas pemerintah akhir-akhir ini rakyat tidak pernah diperhitungkan dan diperhatikan, buktinya dengan serta merta pemerintah mengusulkan perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN) 2012 ke DPR yang salah satu isinya membiarkan harga BBM sesuai dengan harga pasar dan memberikan wewenang pemerintah untuk menaikan harga BBM tanpa persetujuan DPR. Tindakan ini sangat-sangat bertentang dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Dan disamping itu, menunjukan kepada kita bahwa sikap pemerintah tetap bersih keras menaikan harga tanpa memperhatikan amanat rakyat. Jadi, tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa pemerintah hari ini egois, diktator, tidak dapat dipercaya, dan khianat. sifat-sifat inilah yang disebut oleh kita  adalah tindakan zalim.

Kita semua sangat berharap somoga setan-setan yang merasuki pemimpin-pemimpin kita keluar dari tempat bersemayamnya, dan tentunya, pemimpin kita kembali kejalan yang benar. Tidak terus tergoda oleh kepentingan pragmatis semata.
SEMOGA…     


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENEMUKAN IDE POKOK DAN PERMASALAHAN DALAM ARTIKEL MELALUI KEGIATAN MEMBACA INTENSIF

IKHTIAR MENINGKAT MUTU PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROV. KALTIM ADAKAN WORKSHOP KEPALA SEKOLAH DAN GURU JENJANG SMA SE-KABUPATEN KOTA

MERDEKA BELAJAR MENUJU PENDIDIKAN BERKUALITAS ; KONFERENSI KERJA PGRI CABANG KAUBUN 2024/2026