KETIKA CINTA MENYAPA LUKA

Rangga BABUJU : Dalam “Titian Harapan Dilembayung Hati”
Senja pantai menerpa perbukitan pada dinding ranting-ranting patah. Dedaunan gugur pada musim semi. Gubahan syair berkeliaran digurun padang berbatu. Bulan menyapa malam namun tak pernah bergandengan dengan fajar. Kulihat musim sedang meliwati transisi, entah akan berganti apa. Karena daun berguguran saat musim semi, mungkinkah musim dingin? Entah tapi aku merasakannya.
Burung kutub terbang menuju daerah selatan, menghindar dari musim. Berpindah karena tak mampu beradaptasi. Aku memperhatikannya, tapi aku belum mengerti. Karena alam belum mengijinkan. Kupasang mata pada jarak jiwa, mencoba mendekati bintang redup. Namun aku menyadari bahwa aku di Bumi. Hanya bisa menatapnya pada malam hari, hanya bisa menyanjungnya pada saat suasana hati romantis. Tiada retak yang tak berserakkan, tiada resah yang tak cemas sehingga akupun berpikir bahwa tidak akan ada asap jika tidak ada api.
Ketika kebersamaan yang kita rajut membuahkan indah pada lembar demi lembar album kecil kita, mungkin engkau menyebutnya Diary. Hari-hari terlewatkan dengan berbagai cerita. Bayang-bayang keceriaan masih tertanam hingga kini.
Lewat goresan ini, lantunan hati kecilku merangkak mencari solusi dalam ilusi. Aku hanya suara dalam alam maya. Tak bersarang, tak berjarak, tapi merasa. Karena getaran yang meraba jiwa. Merasa atau merisau, karena kita mungkin sama dan pernah melaluinya kemarin. Hati kita mungkin rela ketika bayang mengungkit, mungkin pula tidak karena romantika yang memilukan. Tapi aku lelah memendam kenangan ini dalam album miniku, karenanya foto-foto kenangan kita memudar. Ku awali sekat ini dalam pembuangannya mulai pada awal engkau katakana, bahwa saat itu kita tenggelam dalam canda tawa. Kemudian engkaupun tahu, bahwa ada hati yang diam-diam kutanam menanti subur. Sebab ada cinta yang sedang bersemi.
Beberapa kali engkau menggodaku karena ada indah dalam tatapanmu, begitu pun aku. Sekian kali aku menggodamu, karena ada hati yang sedang merontak. Jimatku mujarab saat engkau menyambutnya dengan senyum. Berkali kali dan telah sekian kali dalam perjalanan kita. Canda tawa mewarnainya saat kita kenang kembali dibawah temaram bulan separuh. Cinta dan gurauan itu bersama-sama kita jalin hingga suatu hari keadaan mengambilnya dengan paksa dari tanganku. Warna dalam cerita kita adalah engkau dan aku yang membuatnya, yang merajutnya, yang merancangnya dan yang merencanakannya.
Sesaat aku khilaf, sesaat itu pula reruntuhan bergemuruh dibalik bebukitan indah diatas villa angsa tempat kita merajut kasih. Berkali-kali kini aku memohon maaf karena sesal, engkau membalasnya dengan mengiris kanvas yang telah berwarnah indah. Pada hal dulu, engkau adalah pengisi ruang jiwaku. Padahal dulu, aku adalah pelebur ketidaktahuanmu, hingga kita saling mengisi satu sama lain. Kuncup bunga ditaman tidak akan mekar bila tidak ada serangga yang mendekat untuk membisikannya.
Cinta, sesal aku karena khilaf. Tapi tiada daya karena aku hanyalah manusia biasa yang tak luput darinya. Maaf yang kusampaikan tak kau gubris karena dendam membentengi. Yang kini kusesali, mengapa tidak sejak dulu dendam itu tidak kau ungkapkan karena mungkin benci yang menjadi benihnya dapat ku sayat hingga tak berbentuk. Yang mungkin dapat engkau sadari, bahwa sesungguhnya disini masih ada ruang hati yang tersimpan rapi walau tercampakkan dari sisinya. Tak berserakkan namun retak berkaca.
Cinta, kasih yang kau jalin dengan dia kini, bukan untuk menebus khilaf ku khan….? Benci yang engkau tampakkan pada pesona wajah ceriamu, bukan untuk membutakan mata hatiku khan….? Adakah ini adalah ujian untukku karena engkau yang ingin tahu aku lebih jauh….? Ach, cinta, jauh benar kini engkau langkahkan kakimu hingga tak terkejar olehku. Sesaat kita bertemu, sekian lama balasan tatapanmu menyudutkanku dari tanya dalam diam. Aku bingung, aku terkesimak, ataukah ini memang akhir dari mewarnai cerita kita? Padahal putih diatas kanvas itu masih panjang dan belum ternoda oleh tinta-tinta pena yang menoreh.
Beberapa kali bibirku berucap dalam gagap karena ada kasih sayang yang terkunci dalam diri ini. Mungkin karena malu, sebab masih ada cinta yang berharap indah diantara luka dan benci. Jika engkau masih memiliki rasa yang peka tentang jiwa seorang insan yang sedang merana, engkau akan paham mengapa luka mesti tersayat, mengapa benci mesti memilukan. Tak ada tanya, sebab tak akan terjawab.
Cinta, engkau pergi bukannya untuk menghindar? Aku tersenyum ketika engkau sapa dengan kepenatan bukan kah akan terluka…?. Betapa pedih hati yang sedang retak, mungkin akan sangat pedih ketika remuk kini menghampiri. Apa yang engkau inginkan? bukankah telah puas engkau membalas ini semua dengan cara mu menjauh untuk merangkul dekat. Bukan kehangatan yang kudapat namun dingin yang menyesakkan. Apa yang ada dalam pikiranmu Cinta? bukankah telah kukatakan, bahwa tiada pernah henti ku kenangi cerita kita. Air mata mungkin kini pedih, hingga kering tak kurasa. Atau mungkin telah mengering karena ku tak kuasa membendung. Walau mata tak berkaca, namun hatiku tergenang.
Cinta, aku masih mengaharap, akan jiwa yang saling mengisi kemudian bersama-sama mewarnai kanvas baru. tapi mencontohi kanvas lama agar tidak berhenti ketika putih masih terbentang luas. Masih adakah kesempatan itu ketika keinginan ini masih berjuang? Sebab hatiku masih tertinggal dalam jiwamu. Kini aku merebah diantara beling-beling retak. Mungkin tiada guna, namun untuk engkau ketahui bahwa duka masih berkabung.
Cinta, jika terik tak bisa engkau hadirkan dalam kelabu ini, mungkin bintang setitik bisa engkau sisipkan diantara kelam semusim. Tiada pula gunanya jika kau gantung jauh untuk kugapai. Ataukah mungkin aku harus menunggu senja saat dilewati oleh burung kutub yang kembali karena musim telah berubah? Jangan engkau jawab karena aku tak menanyakkannya, hingga esok, fajar akan menyapamu. Katakan padanya walau itu perih, tapi bukan disaat bulan separuh. Pastikan aku masih menunggumu, Cinta ….!!!!!

by :

Rangga BABUJU : Dalam “Titian Harapan Dilembayung Hati"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENEMUKAN IDE POKOK DAN PERMASALAHAN DALAM ARTIKEL MELALUI KEGIATAN MEMBACA INTENSIF

IKHTIAR MENINGKAT MUTU PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROV. KALTIM ADAKAN WORKSHOP KEPALA SEKOLAH DAN GURU JENJANG SMA SE-KABUPATEN KOTA

MERDEKA BELAJAR MENUJU PENDIDIKAN BERKUALITAS ; KONFERENSI KERJA PGRI CABANG KAUBUN 2024/2026