PERAYAAN HARDIKNAS DALAM KONTEKS KAPITAL



Berbicara tentang Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional) serta merayakannya, kita harus mendasarkan diri dari sejarah perjuangan tokoh pendidikan yakni mendiang Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan Ki Hajar  Dewantara yang sekaligus kita jadikan sebagai ‘bapak’ pendidikan nasional. Jika kita gali kembali sejarah lika-liku perjuangan beliau, dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Tentu, sungguh luar biasa dan sangat menarik untuk diperbincangkan. Begitu berani, hebat, cerdas, cakap, dan piawainya ‘bapak’ kita, dalam memajukan pendidikan di negeri ini terhadap dominasi pendidikan dan kebudayaan kolonial. Jadi, dilirik dari perspektif sejarah pendidikan di negeri ini didominasi oleh kolonial Belanda baik dari segi sitemnya maupun dari segi tata kelolanya. Segala sesuatunya dikendalikan oleh kolonial Belanda, sehingga tidak heran, pada konteks ini, yang diajarkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan kebudayaan yang beraroma kolonial Belanda. Pendidikan dan kebudayaan yang beraroma keindonesiaan berupa nasionalisme dan patriotisme dipangkas dari peredaraanya.

Selanjutnya, bagaimana subsatansi pendidikan hari ini dalam konteks kapital? Apakah masih dijajah seperti era dulu? Untuk menjawab kedua pertanyaan di atas, kita harus pahami dulu kapital itu apa? kapital dasar kata dari kapitalisme yakni ideologi yang mengukur segala sesuatu dengan uang, atau dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka, sadar atau pun tidak, dunia pendidikan di negeri ini sedang dirasuki oleh ideologi kapitalisme, banyak anak cucu dari kolonialisme Belanda yang bercokol di dalam dunia pendidikan kita. Jadi, hemat penulis pedidikan di negeri ini masih dijajah dengan trend yang baru. Jika penjajah dulu adalah kolonialisme tetapi sekarang penjajahnya adalah kapitalisme. Pada titik inilah, saya berasumsi jika pendidikan sudah dirasuki oleh sistem kapitalisme, maka pendidikan akan berubah wujud sebagai ‘barang’ untuk diperjualbelikan dalam rangka mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dan tidak menutup kemungkinan perayaan hari pendidikan nasional pun dijadikan sebagai ‘lahan subur’ oleh sebagian oknum penguasa. kemudian, bila dunia pendidikan sudah dikendalikan oleh ideologi kapitalisme maka jangan heran yang terjadi adalah "jual-beli nilai" jika hal ini sudah terjadi, maka pendidikan sebagai saran 'memanusiakan manusia' sudah meninggal dunia karena telah tercekik oleh kaum kapital. 

Sejarah masa silam, sudah seharus dijadikan sebagai cambuk alias pemotivasi kita kearah kemajuan. Jangan justru sebaliknya, memunculkan penjajah gaya baru dengan racunya yang sangat mematikan. Jika kita jadikan sebagai cambuk paling tidak dapat dijadikan cermin untuk berkaca dalam menata kembali kekurangan-kekurangan tempo dulu sehingga tujuan pendidikan dalam upaya memanusiakan manusia pasti akan tercapai dengan baik. Status bangsa cerdas dan maju dapat kita sandang di mata dunia.   

Nah, tugas kita sekarang adalah melawan dan membumihanguskan penjahat-penjahat tersebut, layaknya seperti tokoh-tokoh pejuang dulu yang dengan gigih berjuang untuk pendidikan di negeri ini. Karena untuk menjadi Negara yang maju serta menjadi bangsa yang besar dan cerdas tidak semudah membalikkan telapak tangan atau seperti bermimpi disiang bolong. Perlu  adanya proses yang panjang bertahap dan berkelanjutan. Sikap positif dan optimis serta komitmen dan konsisten harus tetap tertanam dalam jati diri bangsa dan Negara. Mengingat derasnya arus kapital dapat mengancam  kedirian bangsa ini, kita harus kuat dan bangkit serta bisa bermain-main dengan arus tersebut dengan berlandaskan di atas empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika kita teguhkan pendirian atas dasar empat pilar tersebut maka seperti apapun wujud dari penjajah dapat kita lumpuhkan.

Disamping dari empat pilar tersebut, kita juga harus berkiprah pada pedoman pelaksana yakni Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, karena dalam peraturan tersebut telah tertuang petunjuk jalan menuju indonesia yang beriman dan bertakwa, cerdas, kreatif, inovatif dan bermartabat. Apabila empat pilar dan peraturan itu dikesampingkan atau tidak dijadikan acuan pelaksana, maka penjajah yang berlabel kapitalisme akan terus berkembang dan "menggurita" serta tidak menutup kemungkinan menjadi budaya. kalau sudah menjadi budaya pasti akan susah untuk dihilangkan.

Dan semoga peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei tahun 2012 ini memekarkan ‘panji-panji’ cinta kita, semangat membara, dan memperkuat keimanan kita untuk membangun dan memajukan pendidikan. Pendidikan adalah  indikator maju-mundur, pintar-bodoh, dan baik-buruknya suatu bangsa. Dengan proses pendidikan  yang baik dan benar akan menghasilkan insan-insan pembangunan  yang mempunyai kompetensi tinggi di bidang masing-masing dan mampu bersaing dan bermain di arus global. Meningkatkan kualitas/mutu pendidikan menjadi tugas bagi setiap manusia Indonesia tanpa terkecuali. Mengingat pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama.

Akhirnya, selamat merayakan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS), semoga Tuhan Yang Maha ESA senantiasa  memberikan kekuatan bagi seluruh bangsa Indonesia dalam memajukan pendidikan di negeri tercinta ini, terutama kekuatan untuk melumpuhkan kaum-kaum kapital yang bersemayam dalam sistem pendidikan kita. Amin!!!

Hiduplah indonesiaku…
Berkibarlah merah putihku…
Basmilah penjajah…
Junjunglah kebenaran …  
Teruslah maju…
Raihlah kemenangan…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENEMUKAN IDE POKOK DAN PERMASALAHAN DALAM ARTIKEL MELALUI KEGIATAN MEMBACA INTENSIF

IKHTIAR MENINGKAT MUTU PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROV. KALTIM ADAKAN WORKSHOP KEPALA SEKOLAH DAN GURU JENJANG SMA SE-KABUPATEN KOTA

MERDEKA BELAJAR MENUJU PENDIDIKAN BERKUALITAS ; KONFERENSI KERJA PGRI CABANG KAUBUN 2024/2026