POLEMIK HARI KEBANGKITAN BANGSA
Disadari, Sesungguhnya telah
diabadikan oleh bangsa Indonesia bahwa tanggal 20 Mei sebagai hari yang
bersejah, yakni hari kebangkitan nasional. Setiap tanggal tersebut tetap
dirayakan (diperingati) oleh sebagian rakyat Indonesia. Bukan seluruh rakyat
Indonesia. Kenapa? Karena sebagian rakyat tidak setuju dengan hari kebangkitan
nasional jatuh pada tanggal 20 Mei 1908. Mereka melihat sebelum tanggal 20 Mei
1908 sudah ada gerakan kebangkitan bangsa. Sehingga sejumlah pihak tidak sepakat
dengan peringatan tersebut, kemudian memunculkan polemik yang cukup alot.
Meskipun demikian, tonggak sejarah kebangkitan bangsaan tetap jatuh pada
tanggal 20 Mei perayaannya pun cukup meriah. Peringatan tersebut dilakukan
sebagai langkah perenungan sekaligus mengingat kembali perjuangan tokoh-tokoh
pejuang dulu dalam membangun kesadaran berbangsa dan bernegara.
Ketika
polemik itu berkepanjangan, tidaklah heran jika Hari Kebangkitan Nasional 20
Mei sudah tidak lagi diperingati secara khidmat atau selayaknya sebagai
peristiwa yang penting dalam sejarah bangsa. Memang, pemerintah memperingatinya
sebagai hari bersejarah sepertihalnya hari Pahlawan 10 November, peringatan 17
Agustus, Sumpah Pemuda, Kartini dan banyak lagi… tapi bisakah momen itu menyentuh
jiwa banyak orang sebagai pendidikan moral dan politik.
Agar polemik hari kebangkitan nasional
tersebut tidak berkepanjangan, perlu kita jawab beberapa pertanyaan berikut. Kebangkitan
nasional itu apa? Apa yang terjadi pada tanggal 20 Mei 1908? Kenapa tanggal 20
Mei dijadikan sebagai tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia? Apakah sebelum
tanggal 20 Mei 1908 belum kesadaran kebangsaan? Jika ada kenapa tidak diambil
sebagai patokan sejarah kebangkitan? Jawaban dari sederetan
pertanyaan-pertanyaan inilah yang mengantarkan kita kepada satu pemahaman yang
solid sehingga kita kemudian merayakan hari kebangkitan nasional bersama-sama,
bukan sebagian rakyat seperti yang terjadi hari ini. akhirnya hari kebangkitan
nasional pun mendapat tempat di hati seluruh rakyat.
Kebangkitan
nasional adalah kesadaran tentang kesatuan kebangsaan untuk menentang kekuasaan
penjajahan Belanda yang telah berabad-abad lamanya berlangsung di tanah air
Indonesia. Semangat kebangkitan nasional muncul, ketika bangsa Indonesia
mencapai tingkat perlawanannya yang tidak dapat dibendung lagi, untuk
menghadapi kekuasaan kolonial Belanda yang tidak manusiawi dan tidak adil.
Penegasan tekad bangsa untuk bebas dan merdeka dari belenggu kolonialisme dan
imperialism tertanam dalam lubuk hati rakyat Indonesia. Jadi, kebangkitan
nasional merupakan kesadaran rakyat Indonesia baik secara individu maupun secara
kelompok (organisasi) untuk membentuk kesatuan bangsa dan Negara yang adil,
makmur, dan sentosa di atas kekuasaan penjajah.
Tanggal 20
Mei 1908 merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Oetomon yang digagas oleh R. Soetomo. Seperti apa
substansi dan liku-liku perjalanan Boedi Oetomon dalam memankan perannya?
Dicermati dari keberadaannya, banyak pihak yang menilai bahwa sistem pendidikan
yang dianut dalam Boedi Oetomon adalah adopsi pendidikan Barat. organsasi
sempit, lokal dan etnis, dimana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh
menjadi anggotanya. Orang betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya. Boedi
Oetomon sendiri sangat kooperatif dengan pemerintah Kolonial, hal ini karena
para pemimpinya digaji oleh pemerintah Belanda. Dalam rapat-rapat perkumpulan,
Boedi Oetomo menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. Tidak pernah
sekalipun rapat Boedi Oetomo membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara
yang merdeka. Boedi Oetomon tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan
kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk
mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan Boedi
Oetomon tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang
kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935.
Tidak banyak
diungkap secara lebih lengkap dalam buku-buku pendidikan sejarah di sekolah
bahwa sebenarnya penentuan tanggal 20 Mei yang didasarkan atas peristiwa
berdirinya Boedi Oetomo meninggalkan banyak masalah, khususnya bagi umat Islam
di Indonesia. Permasalahan itu antara lain : Boedi Oetomo adalah organisasi
yang bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan organisasi yang bersifat
kebangsaan. Tujuan Boedi Oetomo didirikan adalah untuk menggalang kerjasama
guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. Sistem
pendidikan yang dianut dalam BO sendiri adalah adopsi pendidikan Barat. BO sendiri
sangat kooperatif dengan pemerintah Kolonial, hal ini karena para pemimpinya
digaji oleh pemerintah Belanda.
Hal ini pun
dipertegas oleh Asvi Marwan Adam, sejarawan LIPI menilai penetapan tanggal
lahir BO sebagai Hari Kebangkitan Nasional tidak layak. Hal ini karena BO tidak
bisa disebut sebagai pelopor kebangkitan nasional. Menurutnya, BO bersifat
kedaerahan sempit. “Hanya meliputi Jawa dan Madura saja”. Boedi Oetomo yang
oleh banyak orang dipercaya sebagai simbol kebangkitan nasional, pada dasarnya
merupakan lembaga yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan, dan jarang
memainkan peran politik yang aktif. Padahal politik adalah pilar utama sebuah
kebangkitan.
Jika, kiprah
Boedo Oetomon di atas kita sepakati adanya, maka, tidak pantas kiranya hari
lahirnya Boedi Oetomon dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional karena
sangat bertentangan sekali dengan konsep dan makna kebangkitan. Terus, kenapa
tetap menjadi hari kebangkitan nasional? Begini, pada tanggal 3 Juli 1946
terjadilah kudeta yang dipimpin oleh Tan Malaka dan Mohammad Yamin yang ingin
merebut kekuasaan negara dengan paksa. Kemudian pada saat itu, Kabinet Hatta
berkeinginan untuk mengembalikan sejarah nasional yang mana susah payah telah
melawan penjajah. Ini semua dilakukan Kabinet Hatta karena upaya kudeta
tersebut seakan-akan mendapatkan respon dari masyarakat, dan ini berarti dapat
menimbulkan perpecahan bangsa. Nah, agar terhindar dari perpecahan bangsa, maka
dirasa perlu membangkitkan kembali yang namanya kesadaran nasional. Tanpa
menunda lagi maka dirasa perlu juga menentukan kapan tanggalnya dan kira-kira
organisasi apa yang mempelopori gerakan kebangkitan nasional pada abad ke-20
ini. maka secara serta-merta diambilah hari lahirnya Boedi Oetomon tersebut.
Jadi, pantaslah kiranya hari kebangkitan nasional menjadi bahan perdebatan oleh
berbagai kalangan.
Disisi lain
sejumlah pihak lebih sepakat hari kebangkitan nasional jatuh pada tanggal 16
Oktober 1905, hal ini dipertegas oleh George McTurner dalam karyanya
Nationalism and Revolution in Indonesia pad atahun 1970 menguraikan pendapat
berbeda daripada penulis-penulis sejarah Barat lainnya. Dia lebih menekankan
bahwa fakta penyebab terbentuknya integritas nasional bahkan tumbuhnya
kesadaran nasional di Indonesia itu adalah Islam, yang merupakan agama
mayoritas yang dipeluk bangsa Indonesia. Lebih lanjutnya karena: Pertama,
adanya kesatuan agama bangsa Indonesia. Saat itu agama Islam telah dianut 90%
penduduk dan tidak hanya orang Jawa saja namun juga penduduk luar Jawa. Inilah
mengapa bisa terjadi perlawanan kuat terhadap penjajah Kerajaan Protestan
Belanda, itu disebabkan salah satunya karena para penjajah ini melancarkan
politik kristenisasi. Kedua, agama Islam ini tidak hanya sebagai ajaran yang
mengajarkan jamaah atau persatuan namun juga masyarakat Indonesia telah
menjadikannya simbol perlawanan terhadap penjajah Barat. Ketiga, sebab lain
bisa terjadi integritas nasional adalah karena adanya perkembangan Bahasa
Melayu Pasar yang telah berubah menjadi Bahasa Persatuan Indonesia. Ini akibat
dari penjajah Belanda yang ketika itu ingin menciptakan rasa inferioritas atau
rendah diri di tengah-tengah umat Islam Indonesia. Pada waktu itu, sengaja
diciptakanlah bahasa utama dan bahasanya para bangsawan adalah bahasa Belanda,
sedangkan Bahasa Melayu pasar (bahasa kita sekarang ini) malah dianggap sebagai
bahasanya orang-orang bodoh pribumi.Nah, kalau kita sudah mengerti sedikit
banyak uraian terjadinya Hari Kebangkitan Nasional tersebut, yang menjadi
pertanyaan kemudian, kenapa ya umat Muslim dengan organisasinya yang lebih
dahulu [hadir] yaitu Serikat Dagang Islam malah tidak dianggap menyadarkan
kesadaran nasional? Padahal saat itu motor pembangkit gerakan kesadaran
nasional di pasar adalah Serikat Dagang Islam pada tanggal 16 Oktober 1905 di
Surakarta.
Organisasi
inilah yang pertama kali menjawab tantangan upaya imperialis untuk menjadikan
Indonesia sebagai pasar sumber bahan mentah industri penjajah Barat. Organisasi
ini pula yang mengedepankan penguasaan pasar agar terhimpun dana guna gerakan
kesadaran politik nasional.
Anehnya,
padahal waktu itu ada banyak organisasi-organisasi Islam yang sangat
berpengaruh besar terhadap mayoritas masyarakat Indonesia, bahkan masih
berperan aktif hingga sekarang ini dalam pembangunan bangsa, negara, dan agama.
Kenapa bukan Serikat Dagang Islam yang mana lebih dulu berdiri pada tanggal 16
Oktober 1905? Dibandingkan dengan Boedi Oetomon yang berdiri tanggal 20 Mei
1908. Pertanyaan ini menjadi tugas sejarah yang tertunda. Kita semua tahu bahwa
kiblat Serikat Dagang Islam jelas membangun kesadaran persatuan dan kesatuan di
antara umat. Rakyat Indonesia disominasi oleh umat islam, sekitar 90% memeluk
agama islam. Sedangkan, Boedo Oetomo hanya Jawa-Madura atau dikenal jawanisme,
bagian kecil dari rakyat Indonesia. Di titik inilah muncul polemik yang cukup
hangat. Hari kebangkitan nasional itu 20 Mei 1908 atau 16 Oktober 1905? Pertanyaan
ini kemudian menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua yang perlu digali
jawabannya.
Komentar